Pada kamis (27/07/2023) diadakan audiensi antara kader HMI
yang tergabung dalam aliansi Kader HMI Cabang Semarang dan beberapa perwakilan
pengurus HMI Cabang Semarang. Pokok
bahasan dalam audiensi tersebut memuat dua hal: klarifikasi pengurus cabang dan
wacana konferensi cabang (konfercab). Kegiatan yang dijadwalkan untuk mulai pukul
17.00 tertunda hingga bisa dimulai pada pukul 19.30 WIB. Alasan tertundanya
audiensi disebabkan oleh mangkirnya pengurus cabang dan insiden yang melibatkan
beberapa kader.
Dengan sekelumit dramanya, audiensi pun berjalan. Beberapa
orang langusng lurus ke poin utama yang hendak diklarifkasi oleh pengurus
cabang, yang saat itu diwakili oleh Rahmat Hidayat (Kabid LHK), Agus Prasetyio
(Sekum) dan kemudian menyusul M. Ittakillahi Robbah (Kabid PTKP).
Klarifikiasi dari
Pengurus Cabang
Taufik Purab selaku Kabid PTKP Komisariat Hasyim Asyari
mempertanyakan perihal benar tidaknya nominal 10 juta rupiah yang diterima oleh
orang-orang yang ikut terlibat dalam demo bayaran. Pertanyaan tersebut dijawab
oleh Rahmat Hidayat. Dengan jujur dia mengakui bahwa demonstarsi tersebut
merupakan isu pesanan. Dia menuturkan bahwa benar mereka menerima sejumlah uang
untuk demo, namun katanya lagi, uang tersebut dibagikan kepada semua orang yang
terlibat.
“Jadi uang itu bukan untuk saya sendiri, tapi dibagi untuk
sama teman-teman yang semua ikut ambil bagian dalam gerakan” tutur Rahmat.
Dengan demikian, sampai disini jelas bahwa demonstrasi yang
menggunakan alat HMI untuk konsolidasi bukanlah murni atas dorongan hati
nurani, melainkan didorong oleh gaya gravitasi rupiah.
Kemudian yang dipertentangkan oleh masa aliansi adalah
perihal menggerakan kader HMI untuk ikut
terlibat dalam demo pesanan melalui surat edaran resmi yang dikeluarkan oleh
cabang dengan nomor surat 173/A/SEK/12/1444. Hal tersebut ditanyakan langsung
kepda Agus Prasetio selaku Sekeretaris Umum yang memiliki wewenang untuk
menerbitkan surat.
Menurut penuturan Agus, dia mengakui bahwa dia mengetahui
surat tersbut dan dia juga yang bertandatanda tangan. Menurut pengakuanya, dia
ditelpon langsung oleh Ketua Cabang dan diminta untuk menandatangi surat
tersebut.
“Jadi dek, abang itu kemarin ditelpon oleh Ketum Cabang untuk menandatangi surat
itu. Makanya abang tanda tangan.” Jelas Agus
Implikasi Konstitusi HMI
Tindakan yang dilakukan oleh pengurus cabang memperalat HMI
dan kedudukan mereka untuk kepentingan pribadi melanggar beberapa konstitusi
yang diatur dalam ad/art HMI.
Pertama, melanggar anggaran dasar pasal 5 mengenai sifat HMI
sebagai organisasi independen. Dalam hal independensi etis HMI merujuk pada sifat alami manusia yang
cenderung mengarah pada hafief (kebenaran). Dalam aktualisasinya kader HMI
didorong hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran. Normatifnya, orang-orang yang diberi tanggungjawab untuk memberikan
pemamahan kepada kader mengenai sifat bebas mampu membawa kader HMI ke sesuatu
yang hanief. Logika terbalik justru yang diperagakan,mereka memperlat kader untuk menuntut isu yang tidak
jelas akar masalahnya dan bisa jadi berimplikasi buruk jika isu yang disuarakan
tersebut dijadikan produk hukum oleh otoritas yang berwenang .
Selain itu, ada kebohongan dalam rilis kajianya. Katanya demonstrasi tersebut untuk menolak
tambang batuan andesit di Desa Wadas, nyatanya demo bayaran. Sangat tidak etis memperalat penderitaan masyarakat Wadas untuk
menarik simpati kader untuk ikut ambil bagian dalam demo bayaran. Dalam
perbandingan lain, sama halnya kita mengajak kader untuk galang dana bagi
masyarakat korban gempa bumi, tapi hasil donasinya dipakai untuk keperluan
pribadi. Letak kesamaan antara keduanya terdapat pada memamfaatkan hati nurani
kader yang bersimpati pada penderitaan orang lain.
Kedua, melanggar anggaran dasar pasal 8 mengenai peran HMI
sebagai Organisasi Perjuangan. Tafisr atas pasal ini mengatakan bahwa HMI
sebagai organisasi perjuangan harusnya mendorong kader untuk menggunakan
keilmuanya untuk berjuang untuk kepentingan bangsa secara keseluruhan.
Sayangnya, yang dilakukan oleh pengurus cabang baru-baru tidak memperlihatkan
hal yang seperti itu. Justru mereka memperalat jabatan dan kader HMI untuk
kepentingan pribadi dan orang yang memesan meraka untuk melakukan demonstarsi.
Jika kita ingin memaknai kata perjuangan dalam peran HMI,
maka harusnya kita harus mencintai organisasi ini dan melakukan kerja-kerja
ikhlas dalam berorganisasi. Perlu ditanamkan bahwa yang dinamakan berjuang itu tidak nyaman. Ada
yang dikorbankan, penuh ujian, tantangan dan sakit. Yang namanya berjuang harus
siap lapar, kurang tidur siap lelah dan hal-hal yang mungkin tidak membawa
kebahagian menurut persepektif orang banyak.
Jika di HMI yang kita cari adalah kenyaman, akumulasi
materi, mengamanankan lambung , kekuasan dan kesenangan, alangkah baiknya kita
keluar dari HMI dan mencari atau mendirikan organisasi baru untuk menampung
niat-niat jahat itu.
Mengapa Kritik Itu Perlu?
Saya tahu pasti, ada kejengkelan dan kebencian yang datang
dari pihak yang merasa dirinya disalahkan dalam beberapa tulisan terakhir di
Lapmi Cabang Semarang. Ada isu, sikap ‘ngoyo’ dan cenderung mencari kesalahan
ini dasari oleh beberapa kepentingan. Ada yang bilang karena konfercab dan
dendam kalah konfercab tahun lalu. Bagi saya, pikiran yang seperti tidak perlu
ditanggapi. Adalah kesimpulan yang terlalu serampangan dan tidak berdasar jika
saya dituduh seperti itu.
Perlu dipahami betul bahwa niat dari tulisan ini adalah
kekhawatiran saya pribadi atas virus demo bayaran yang mungkin akan
menggerogoti tubuh kader HMI Cabang Semarang. Saya khawatir, jika perilaku
seperti ini didiamkan secara terus menerus, akan timbul budaya menormalisasi
demo karena dibayar, yang mana pola seperti sudah lazim dilakukan di daerah
lain. Perilaku pembiaran dan tidak
ditegur mungkin para oknum tersebut tidak sadar bahwa apa yang dilakukan mereka
sangat tidak etis.
Saya pikir sikap apatis pengurus cabang sudah cukup untuk diam terhadap berbagai isu nasional.
Lebih baik apatis saja daripada demo bayaran, lalu memanipulasi simpati kader
atas nama kepentingan orang-orang yang dirampas haknya.
Jangan memakai alasan sebagai manusia yang realistis untuk
membenarkan tindakan Anda yang berupaya
merusak HMI. Kalau menurutmu adalah jika
realistis menjual HMI untuk memenuhi tuntutan hidup, mengapa tidak menjadi
seorang criminal saja? Kesalahpahaman atas diksi realistis jangan dimaknai Anda
bisa menggunakan cara apa pun untuk untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda. Diksi
realisitis ini saya dapat dari salah satu pengurus cabang yang saya mintai
alasanya. “Kenapa ko begitu (demo bayaran dengan memperalat HMI) sob? Jawabnya
singkat, “Saya ini realisitis sob, ada kebutuhan.”
Baiknya, pengurus cabang yang terlibat dalam demo bayaran
ini dan sadar atas kesalahan yang telah mereka perbuat, agar meminta maaf
kepada seluruh kader. Kader yang pernah
diberi materi ke-HMI-an dan yang pernah didoktrin untuk bergabung di
HMI.
*Lembaga Pers Himpunan Mahasiswa Islam (LAPMI) Cabang
Semarang adalah wadah bagus seluruh kader HMI yang ingin menyampaikan gagasan ,
opini dan keresahanya dalam bentuk tulisan. Siapa pun bisa mengirim tulisan.
Merinding
BalasHapusKak Agus ditelpon sama kak Ocit.
BalasHapus