Oleh: Samsul Bakri
Judul Novel : To Kill A Mockingbird
Penulis : Harper Lee
Penerbit : McIntosh and Otis, Inc.
Tahun : 1960
Jumlah Halaman : 285
Awal diterbitkan pada tahun 1960, To Kill A Mockingbird
adalah buku pertama Harper Lee dari dua buku yang pernah dia tulis. To Kill A
Mockingbird bagi saya adalah salah satu novel klasik yang saya rekomendasikan
‘wajib’ untuk dibaca . Novel ini yang membawa kita melalui semua rentang emosi,
mengajarkan moralitas dan kebaikan manusia. Novel ini mengisahkan sebuah masa
di mana diskriminasi rasial menguasai sebuah kota dan bahkan sangat sulit
diterima akal sehat manusia.
Dan semboyan bahwa 'semua manusia diciptakan setara' atau 'all men are created equal' tidak
berlaku di sebuah kota yang sebagian besar penghuninya menganggap bahwa orang
kulit putih lebih mulia daripada orang kulit berwarna, dan bahwa orang kulit
berwarna termasuk orang negro adalah orang jahat, pembohong, serta imoral sejak
lahir. Seolah bisa dikatakan bahwa 'all
(white men) are created equal' dan negro tidaklah masuk dalam kategori 'men' atau 'manusia'.
Dalam Novel ini, ada tokoh Atticus Finch, seorang pengacara
yang meskipun hidup di antara diskriminasi rasial, ketidakadilan, kebencian,
dan kemunafikan, dalam kesadaran kemanusiaannya, ia terus berupaya untuk melindungi
kedua anaknya, Scout dan Jim, dalam cinta kasih dan mengajarkan nilai-nilai
kesetaraan manusia.
Dari Atticus Finch, anaknya, Scout, seorang gadis belia baru
berumur 7 tahun belajar tentang hidup yang bermakna. Dia belajar apa yang
diharapkan dari wanita, bagaimana keluarga tertentu berasal dari "darah
baik" dan "darah buruk", bagaimana kemiskinan atau kekayaan
dapat memengaruhi kedudukan keluarga. Dia belajar yang paling penting tentang
moralitas, kebanyakan melalui bimbingan dari ayahnya Atticus Finch yang bekerja
sebagai pengacara kota.
Sebagian besar ceritanya berlatarkan pembelaan Atticus Finch
terhadap seorang pria kulit hitam di dalam kota yang dituduh memperkosa salah
satu wanita muda. Dari kisah pembelaan ayahnya ini, Scout belajar banyak
tentang kepercayaan orang-orang pada saat itu – saat orang kulit hitam secara
keliru dipandang jauh lebih rendah daripada orang kulit putih dan seharusnya
bekerja untuk orang kulit putih.
Saya sangat menyukai setiap kata yang ditulis dalam buku
ini. Harper Lee menulis dari sudut pandang seorang anak yang masih polos. Scout
mempertanyakan segalanya - dia tidak dibesarkan untuk membenci orang kulit
hitam. Misalnya, pembantu rumah tangga mereka berkulit hitam, dia anggap
seperti keluarganya. Dia dibesarkan
dalam pandangan hidup bahwa setiap orang berhak mendapatkan rasa cinta yang
sama. Jadi ketika orang menunjukkan ketidaksenangan dan prasangka terhadap
orang kulit hitam, Scout bertanya kepada ayahnya, dan kakak laki-lakinya, Jim.
Dengan pertanyaan-pertanyaan dari anaknya, Atticus secara
konsisten memberinya pandangan yang seimbang dan benar secara moral tentang
situasi di masa tersebut. Dia mengatakan alasannya, dia mengatakan pandangannya
dan dia menjelaskan bahwa dia harus mengembangkan pandangannya sendiri
berdasarkan bagaimana orang memperlakukan orang lain, bukan warna kulit mereka,
jenis kelamin mereka atau apa pun.
Bagi saya, yang juga menarik dalam novel ini adalah hubungan
Scout dengan kakaknya. Dia dan Jem sering bertengkar seperti kakak beradik,
tapi di saat yang sama mereka sangat dekat. Sangat menyentuh bagaimana Jem selalu
memperhatikan Scout, si adik mungilnya. Mereka juga seringkali meniru ayah
mereka dalam berbagai hal baik.
Kisah Scout dan Jem yang tidak kalah menarik adalah hilangya
rasa takut pada tetangga mereka yang tertutup, Boo Radley, hingga mulai
memahami mengapa dia menjauh dari orang-orang; atau belajar dari Ny. Dubose,
wanita tua pemarah yang suka menghina mereka. Dari dua tetangganya tersebut,
mereka belajar bahwa segala sesuatunya tidak selalu seperti yang terlihat.
Satu Quotes dari
percakapan dalam novel yang paling berkesan dan menarik
“The one thing that
doesn’t abide by majority rule is one’s conscience” (Ch.11)
“Satu hal yang tidak tunduk pada aturan mayoritas adalah
hati nurani seseorang”