Manusia yang memiliki peradaban
pasti memiliki standar etika dalam hidupnya. Itu tercermin dari keadaan sosial
budaya di sekitarnya akan mempengaruhi bagaimana seseorang akan beretika.
Seseorang akan dianggap sebagai orang yang beretika apabila ia mentaati seluruh
aturan yang ada di lingkungan sosial budayanya termasuk menaati norma adatnya.
Namun seringkali terjadi kesalahpahaman ketika membedakan apakah perilaku ini
termasuk dalam etika yang baik atau etika yang buruk.
Memandang seorang perempuan kita
tidak boleh bias. Pembiasan ini terjadi karena kita tidak memahami apa itu
gender. Biasanya masyarakat memahami gender itu sama dengan seks atau jenis
kelamin. Padahal seharusnya gender itu dipahami sebagai peran dan fungsi
seorang laki-laki atau seorang perempuan dalam kehidupannya. Akibat dari
ketidaktahuan itu maka akan timbul kesenjangan yang terjadi antara laki-laki
dan perempuan. Pati arti akan menjadi sebuah fenomena yang akan dianggap normal
dalam masyarakat yang tidak memahami makna gender.
Peran dan fungsi seorang
perempuan dalam kehidupannya tidak hanya menjadi seorang istri yang dalam
konteks ini berada dalam lingkup domestik atau rumah tangga. Perempuan bisa
juga tampil di ruang publik sebagai tokoh yang memiliki skill dan juga kepribadian yang dapat dicontoh oleh seluruh
masyarakat.
Sejarah mencatat bagaimana
perempuan sangat berpengaruh bagi peradaban ini. Tanpa adanya seorang perempuan
tidak akan ada yang namanya revolusi pertanian. Asal mula dari adanya bercocok
tanam adalah ketika seorang perempuan tidak puas dengan yang namanya kegiatan
meramu. Itu karena seorang perempuan harus menunggu seorang laki-laki
mendapatkan buruannya. Dari fenomena itu maka timbullah sebuah inisiatif dari
seorang perempuan untuk melakukan percobaan dan juga penelitian mengenai
bagaimana cara mendapatkan hasil pangan yang efisien. Lalu melalui berbagai
percobaan dan juga adanya waktu luang sembari menunggu suaminya pulang ke dalam
goa perempuan memberikan kontribusi dengan revolusi pangan.
Kembali kita membahas zaman
modern, perempuan telah diangkat melalui pergerakan mereka sendiri untuk
menaikkan harga derajat mereka di ruang publik. Semua pekerjaan telah dibuka
untuk semua kalangan baik laki-laki maupun perempuan. Kesempatan inilah yang
harus dimanfaatkan oleh seorang perempuan untuk bisa mandiri secara finansial
supaya dia tidak ketergantungan terhadap pasangannya. Ketahanan ekonomi yang
dimiliki oleh sebuah rumah tangga akan juga melanggengkan keadaan pernikahan
mereka dan juga akan menyejahterakan generasi setelah mereka.
Ruang publik adalah ruang yang
sangat bebas di mana seorang dapat melakukan berbagai hal yang ia sukai karena
dilindungi oleh undang-undang namun jangan lupa meskipun undang-undang telah
melindungi hak hidup seseorang ada juga yang namanya norma etika yang lain
seperti norma kesopanan, norma kesusilaan, dan juga norma agama. Perempuan
sebagai makhluk Tuhan yang luar biasa harus memiliki harga diri untuk menjaga
etika nya di ruang publik.
Menjaga tutur katanya, menjaga
pakaiannya, dan juga menjaga gerak-geriknya dalam ruang publik itu telah
mencerminkan perempuan yang bermartabat. Keseimbangan dalam hal-hal tersebut
sangat diperlukan agar perempuan ini tidak kehilangan harga dirinya dan juga
tidak tertindas oleh sistem yang ada. Perempuan yang berkata kotor dan jorok
akan menanggalkan harga dirinya jauh di bawah hewan karena ia telah diberikan
akal pikiran dan juga hati untuk mempertimbangkan perbuatannya.
Dalam ajaran agama pun semua
telah diatur terutama ketika seorang perempuan dituntut menjaga auratnya atau
bagian-bagian yang tidak boleh diperlihatkan ketika ia berada di ruang publik.
Tidak mungkin sebuah agama itu mengajarkan hal-hal yang buruk seperti
merendahkan martabat perempuan ketika di ruang publik.
Terakhir, perempuan itu jangan lupa
kembali ke ruang domestiknya. Jangan lah melupakan apa yang telah ia
tinggalkan di rumah, misalnya bergaul dengan suaminya, bergaul dengan tetangganya. Itu semua juga
diperlukan, jangan ia terus-terusan mencapai karirnya namun tidak memandang
suaminya dengan hormat, berbaik sangka kepada keluarganya, dan menolong
tetangganya kesulitan.