Ditulis oleh Sania Ali (Kader Komisariat Untag)
Di dalam tulisan ini, saya ingin bercerita tentang apa yang pernah saya rasakan sendiri. Tentang bagaimana rasanya disepelekan, dinomorduakan dan bahkan tidak dianggap. Mungkin kalian juga pernah merasakan seperti apa yang saya rasa, atau mungkin bahkan lebih dari itu. Sebenarnya, kawan, bentuk diskriminasi yang kita lalui adalah korban cara pandang manusia pada bentuk fisik, beauty privilege namanya. Diskriminasi karena fisik adalah sesuatu yang dapat disadari, apakah kita pernah mengalaminya secara langsung atau tidak. Namun, banyak orang yang tidak ingin mengakui bahkan membicarakannya, terutama jika berada di pihak yang mendapatkan manfaatnya.
Bukan hanya di pekerjaan ternyata beauty privilege ini, semuanya di segala aspek kehidupan pasti ada. Coba kalian lihat sekarang dari mulai percintaan, pekerjaan dan bahkan pertemanan sekali pun, selalu ada tempat spesial untuk mereka yang memiliki tampilan fisik menarik. Dan menurut pendapat saya, sebenernya tidak ada tempat 'normal', tanpa adanya sikap memandang fisik, tanpa adanya kata cantik dan tidak cantik.
Selain daripada pengalaman saya pribadi, awal mula adanya tulisan ini adalah saya melihat suatu reels Instagram. Dalam video tersebut ada sebuah ajang kompetisi didepan umum. Namun yang dikomentari oleh orang-orang justru tampil fisik bukan soal substansi yang sedang dibawakan, bukan soal isi yg sedang dibicarakan, tapi tentang tampilan fisiknya. Entah kenapa saya sangat terganggu dengan kalimat itu. Semuanya tentang fisik. Seolah olah yang pertama dan yang paling utama ya fisik itu. Kesel gak sih? Terkadang pernah saya berpikir "kenapa ada kata cantik didunia ini?" Kenapa tidak kita hapuskan saja kata sifat itu??
Oke cantik memang keinginan semua wanita. Apalagi di zaman sekarang. Ya siapa yang tidak mau cantik?? Katanya kalau kita cantik, kita aman. Kalau kita cantik setengah masalah hidup kita terselesaikan. Menurut saya memang ada benarnya juga. Orang yg cantik selalu diutamakan, selalu diratukan, selalu dinomorsatukan. Ya intinya terdepan lah. Apa kalian juga satu pemikiran dengan saya? Ya mungkin tidak semua orang yang cantik selalu diperlakukan seperti itu tapi kebanyakan seperti itu bukan??? Dan sejauh perjalanan saya hidup, saya juga melihat hal seperti itu bahkan sering.
Jadi gimana sih sebenernya beauty privilege itu? Atau bagaimana contoh simpel nya? Jadi privilege itu semacam keuntungan atau keistimewaan. Dan beauty privilege berarti gampang nya keistimewaan dari kecantikan fisik kita. Gak perlu saya jelasin pun sebenernya kalian juga sering lihat kejadian kejadian di sekitar kalian. Ya itupun kalau kalian sadar.
Coba kita lihat dalam dunia kerja. Dimana sekarang syarat melamar pekerjaan menyaratkan pencari kerja untuk berpenampilan menarik atau bahasa gaulnya sekarang good looking. Padahal kerja nya cuman penjaga toko atau mungkin cuman pelayan warung biasa. Apa yang dicari??? Toh juga cuman jaga toko, memangnya kalau penjaga warungnya tidak cantik, kalian tidak jadi beli disana?? Kalau pelayanya tidak cantik apa kalian juga tidak jadi makan disana?? Yang kita cari itu barangnya, makannya bukan orang nya kan? Kalau kalian mencari orang yang cantik, ya lewat aplikasi-aplikasi sekarang itu kan sekarang juga banyak.
Lah kalau seperti itu terus cara pandang kalian, gimana nasib mereka orang orang yang ternyata penampilan nya kurang menarik? Apakah dia tetap bisa dapet kerja? Ya bisa tapi mungkin dia harus effort lebih besar buat bisa bersaing sama mereka yang lebih cantik. Seharusnya memang skill yang dilihat karena sebuah instasi tidak mungkin bisa sukses hanya dengan para karyawan yang memiliki fisik cantik dan paras yang menarik. Selain daripada itu beauty privilege lainnya adalah mereka yang cantik akan lebih dimanjakan oleh bosnya seperti penaikan gaji yang mudah dan bahkan bisa naik jabatan.
Lanjut, ada pula beauty privilege dalam dunia percintaan. Ini lebih seram sebenarnya. Apalagi buat sekarang ini, tentu enggan untuk punya pasangan yang mungkin kurang menarik atau gak good looking. Walaupun ada effort dan pengorbanan yang besar tapi kalau orang nya kurang menarik tetep bakal disia-siakan. Walaupun ada juga yang mau menerima.
Lalu dalam dunia pertemanan, saya awalnya tidak sampai terbesit berpikir ke sini. Karena anggapan saya, kami menjalin hubungan persahabatan sudah sangat lama. Sudah bersama terus, kami kompak, dan kami sudah seperti keluarga inti. Saya tidak memiliki anggapan bahwa fisik akan memunculkan perbedaan perlakuan antara kami. Tapi ternyata saya salah dan beauty privilege itu tetap berpengaruh yang bahkan sudah bersahabat bagai kepompong. Yang kalian anggap sudah seperti keluarga sendiri ternyata mereka juga sama seperti orang lain. Kalau kalian lebih teliti lagi mereka bakal lebih 'sat-set' kalau yang minta tolong temennya yang lebih cantik daripada yg biasa-biasa sajaw. Ya walaupun tetap bakal dibantuin semuanya.
Sekarang kita bahas ukuran kecantikan. Secara umum ukuran kecantikan selalu terikat dengan kulit putih, hidung mancung, rambut lurus dan tubuh yang berisi atau biasa kita disebut seksi.
Coba kita ulas standar kecantikan yang ada di negara kita saat ini. Karena setiap negara punya standar kecantikan yang berbeda beda. Walaupun standar kecantikan setiap negara berbeda beda, pada akhirnya pun standar kecantikan, ya itu putih dan cantik. Terkadang ada pula tambahan standar kecantikan di suatu negara tertentu seperti di Jepang yang terkenal dengan gigi gingsul nya, Iran dengan plester di hidungnya, Arab Saudi dengan matanya dan masih banyak lagi.
Sedikit yang saya ketahui tentang standar kecantikan di Indonesia bahwasanya semua berawal sejak zaman Jawa Kuno yaitu dari muncul nya kisah Ramayana yang mana ada tokoh Sinta yang digambarkan bahwa dia adalah gadis muda yang putih, cantik dan mempesona. Setelah itu negara kita di jajah oleh negara negara asing standar kecantikan pun berubah mengikuti negara jajahan tersebut. Dan ketika Indonesia sudah tidak dijajah, standar kecantikan pun tidak sampai disitu. Jika dikaji lebih jauh standar kecantikan pun terus berlanjut dan didukung dengan adanya iklan produk-produk yang luar biasa di negara ini. Tanpa kita sadari kecantikan mereka mulai diatur oleh para kapitalis.
Pada dasarnya memang cantik itu relatif karna dia bisa berubah-ubah. Bisa jadi kata seseorang dia cantik tapi kata orang lain belum tentu cantik juga. Tapi terkadang ternyata ada juga seseorang bilang dia cantik dan orang lain pun banyak yang setuju kalau dia cantik. Jadi kayak bisa dinilai secara objektif juga gitu.
Setelah penjelasan panjang pada akhirnya saya paham dan sadar bahwa cantik bukan saja tentang fisik kita. Apa bisa di katakan cantik kalau mereka tidak punya jiwa sosial? Apa bisa dikatakan cantik kalau mereka tidak punya adab dan tata krama? Tentu tidak kita katakan cantik jika dia tidak memiliki nilai moral dan etika lainya, selain daripada tampilan visual semata.
Sejatinya standar kecantikan itu bisa kita buat menurut diri kita masing masing tidak bergantung pada orang lain. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang tokoh populer yang sering disapa dengan Buya Hamka beliau mengatakan bahwa kecantikan yang abadi terletak pada adab dan ketinggian ilmu seseorang bukan terletak pada wajah dan pakaiannya. Ada juga yang bilang bahwa standar kecantikan itu mereka yang punya impian dan punya ambisi. Ada juga yang bilang standar kecantikan itu dilihat dari pengetahuan ilmunya. Dan ada pula yang mengatakan standar kecantikan itu dilihat dari ketakwaan pada Tuhan kita. Jadi kita bisa tentukan sendiri standar kecantikan untuk diri kita sendiri tanpa terjerumus pada indikator cantik para kapitalis, tanpa mengikuti standar orang lain dan tanpa mendengar kan anggapan orang lain. Tetaplah jadi diri sendiri, perbaiki kualitas diri, karena pengakuan tidak semua nya tentang fisik.
Ingat manusia punya kekurangan dan kelebihan karena sejatinya kesempurnaan hanya milik-Nya. Dan kita juga tau bahwa semua materi yang ada di dunia ini pasti akan musnah. Begitupula kecantikan mereka juga akan musnah dengan berjalan nya waktu.