Oleh: Umarul Faruq (Kabid Kasrat LAPMI Semarang)
Saya sangat membenarkan kalimat "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..." yg tertuang dalam UUD 1945. Setiap manusia diberikan kemerdekaan dalam dirinya oleh sang pencipta, melalui turunnya nabi dan siti hawa dari surga manusia dilantik untuk mendapatkan kemerdekaannya sebagai manusia, terbebas dari belenggu kondisi harmonis pra-manusia, dan menjadi manusia yang seutuhnya. Bahkan jika tidak ada peristiwa tersebut sejarah tidak akan tercipta, manusia tidak diberikan wahana memainkan nalar, cinta, akal budi, dan sebagainya.
Jika kita bicara kemerdekaan, tidak boleh hanya berhenti pada "merdeka dari" tapi juga "merdeka untuk". Kalau kesadaran kita hanya terbatas pada "pentingnya kemerdekaan dari suatu hal" kita akan tersesat setelah merdeka, kita tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan, dan jangan sampai kemerdekaan di isi dengan hal-hal yang menciderai kemerdekaan itu sendiri. Kita juga sekarang harus mulai bertanya tentang "untuk apa kita merdeka?", bagaimana cara menyambut anugerah indah yang diberikan tuhan ini dengan benar dan baik.
Hari ini 17 Agustus merupakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan kolonialisme, hari dimana jutaan jiwa terbebas dari belenggu kolonialis yang merenggut hak-hak hidupnya, hak-hak yang harusnya tidak boleh di kebiri oleh siapapun. Dan di hari yang sama pula kita harus memikirkan hal-hal yang harus dilakukan untuk mengisi kemerdekaan. Saya yakin kita semua tahu bahwa cara mengisi kemerdekaan adalah dengan sikap-sikap yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, meneguhkan rasa cinta, penggunaan akal budi yang benar, dan sebagainya, namun pada realitanya kita dapat berkaca pada bangsa kita sendiri, bahkan diri kita sendiri apakah sikap-sikap tersebut sudah kita implementasikan?. Di tahun ke 77 Indonesia merdeka ini masih banyak sikap-sikap dari manusia di bangsa kita yang setelah menjadi manusia merdeka justru beralih menjadi perenggangut kemerdekaan manusia lain yang termanifestasikan dalam bentuk penipuan, pelecehan seksual, ujaran kebencian, korupsi, ketimpangan hukum, penerapan pola pendidikan kaum tertindas, dan masih banyak lagi.
Saya, anda, kita semua merupakan manusia merdeka, manusia yang terbebas dari pemasungan dalam bentuk apapun seyogianya menjalankan kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai kemerdekaan itu sendiri. Jangan buat para founding father bersedih melihat perilaku kita.