Revolusi industri 4.0 membawa perubahan yang sangat pesat. Perubahan tersebut membuat teknologi terus berkembang seolah tidak ada ujungnya. Kemunculan berbagai macam teknologi canggih memberikan kemudahan bagi aktivitas manusia. Tanpa kita sadari, hampir semua bidang kehidupan sehari-hari ditunjang oleh kecanggihan teknologi. Teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya dalam bidang komunikasi dan informasi.
Interaksi sosial saat ini terjadi tanpa batas. Semua orang dapat bertukar pikiran dan informasi apapun, kapanpun, dan dimanapun. Kejadian di suatu daerah bahkan dunia, dapat diketahui hanya dalam hitungan detik. Misalnya, dikutip dari liputan6.com (17/Mei/2019) terjadi gempa bumi berkekuatan di atas magnitido 6,0 mengguncang kepulauan Fiji, Amerika Serikat. Beberapa detik silam, berita tersebut dapat kita akses di internet, bahkan sudah tersedia siaran langsung di youtube atau televisi.
Contoh di atas merupakan salah satu kemudahan yang didapat dari adanya perkembangan teknologi. Kemudahan ini sangat menguntungkan bagi aktivitas manusia. Berbagaimacam berita yang dibutuhkan dapat diakses sewaktu-waktu. Namun, perkembangan teknologi inipun tidak seutuhnya membawa dampak positif. Kemudahan yang tersedia membawa dampak negatif di tengah masyarakat dan generasi muda saat ini.
Menurunnya budaya litersi merupakan salah satu dampak negatif dari adanya perkembangan teknologi. Berdasarkan riset dari UNESCO, hanya 1 dari 1000 orang Indonesia yang membaca buku. Tentu hal ini sangat memprihatinkan. Berbagai macam informasi terus berkembang dan beredar dimasyarakat. Kurangnya minat baca dan tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap informasi di internet menimbulkan potensi penyebaran berita hoax.
Masyarakat sangat mudah percaya terhadap berita yang muncul di internet. Hal tersebut selaras dengan survey yang dilakukan oleh CIGI-IPSOS 2016, sebanyak 65% dari 132 juta pengguna internet di Indonesia percaya dengan kebenaran informasi di dunia maya tanpa adanya cek dan ricek.
Tingginya tingkat kepercayaaan masyarakat tersebut mendukung berbagai macam berita hoak untuk merajalela. Dilansir dari detiknews.com (1/Mei/2019) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementrian Kominfo) mengidentifikasi selama Agustus 2018-April 2019 tercatat sebanyak 1.731 berita hoax beredar dikalangan masyarakat.
Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Ferdinaus Setu memaparkan dari 1.731 berita hoax tersebut dengan rincian 620 berita hoax berkategori politik, 210 berkategori kepemerintahan, 200 berkategorikan masalah kesehatan, 159 berkategori fitnah, 113 berkategorikan kejahatan serta isu-isu yang lainnya. Dilansir dari detiknews.com (27/Desember/2019) contoh dari berita hoax yang terjadi pada akhir tahun 2019 yaitu terkait kabar Sweeping Atribut Natal di Mal dikawal Polisi. Berita tersebut merupakan contoh dari berita hoax yang telah beredar dikalangan masyarakat. Kapolda Kalimantan Selatan (Kalsel), Irjen Yazid Fanani, menuturkan bahwa berita di atas merupakan berita bohong. Pada hari raya Natal, ia beserta aparat kepolisian turun langsung kelapangan untuk memastikan perayaan natal berjalan dengan lancar. Berita terkait adanya kegiatan sweeping itu tidak benar adanya.
Berdasarkan data dan contoh di atas, Indonesia sangat rawan terhadap berita hoax. Kemudahan teknologi komunikasi dan informasi saat ini justru dimanfaatkan oleh para pelaku yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita hoax. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka bangsa Indonesia akan mudah terpecah-belah. Hal inilah yang saat ini menjadi salah satu tantangan besar bagi kader HMI untuk menangkal berita hoax di Era Globalisasi.
HMI merupakan organisasi yang basicnya mahasiswa. Mahasiswa harus dapat membawa perubahan sebagaimana dikenal dengan istilah agent of change. Kader HMI tidak boleh terpengaruh dengan berita-berita hoax yang beredar di kalangan masyarakat.
Sajak dahulu, HMI terkenal dengan istilah insan cita. Indikator Insan Cita salah satunya yakni berkualitas insan akademis. Menurut Said Muniruddin, makna berkualitas insan akademis diantaranya yaitu berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, mampu berfikir rasional, obyektif dan kritis.
Menyikapi kondisi berita hoax yang kian merajalela di kalangan masyarakat, tentunya kader HMI tidak tinggal diam. Kader HMI terus berupaya menangkal berita hoax dengan mengoptimalkan salah satu wadah di HMI yaitu LAPMI-HMI.
Lembaga Pers Mahasiswa Islam-Himpunan Mahasiswa Islam merupakan kependekan dari LAPMI-HMI. LAPMI-HMI didirikan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk berkarya, menampung kreatifitas terutama mahasiswa di bidang jurnalistik. Melalui pengoptimalan LAPMI, kader HMI dapat menangkal berita hoax.
Pengoptimalan LAPMI dapat dilakukan oleh para kader HMI dengan selalu menguptudate berita yang berkembang di dunia maya. Lalu, berita tersebut tidak sepenuhnya diterima. Namun, berita itu dikritisi sebagaimana tujuan dari HMI sebagai indikator insan akademis. Kader HMI harus terjun langsung untuk mencari kebenaran berita bersebut. Forum-forum diskusi di LAPMI harus dihidupkan guna membahas berita-berita yang tidak sesuai dengan fakta. Selain mengkritisi berita, melalui forum diskusi ini dapat dibahas bagaimana membuat berita yang positif, penciptaan serta penggunaan aplikasi di internet.
Upaya yang dapat dilakukan LAPMI selanjutnya yaitu mengadakan agenda workshop. Workhop dapat dihadiri semua anggota HMI dan masyarakat umum. Melalui workshop ini dapat disosialisasikan tentang berita hoax dan cara mengidentifikasi serta menghindarinya. Selain itu, dapat diajarkan bagaimana berseluncur di dunia maya dengan baik. Beberapa upaya yang dilakukan diatas dalam menangkal berita hoax di era globalisasi saat ini, dapat cepat terwujud dengan pengaktifan kembali LAPMI-HMI diseluruh Indonesia.