Kos bagi saya sebagai laboratorium ideologi, proses ideologisasi dan perdebatan sengit serta proses belajar, itu semua ada dalam lingkaran kos.
Ngekos mengajarkan kita untuk hidup sejujur-jujurnya dan se-mandiri-mandirinya, bisa kita bayangkan dari bangun tidur sampai tidur kita serba sendiri, terkecuali yang ngekos bareng.
Dinamika kos bagi saya sangatlah seksi, karena di kos kita diajarkan untuk bersosial dan bercengkrama dengan tetangga kos, berbagi cerita, berdiskusi, bersentimen, pokonya semua ada. Kos pun, didalam keadaan tertentu menjadi rumah sakit, ketika ada teman kerabat maupun tetangga kos yang sakit, bisalah untuk merawat nginap di kos.
Ngekos juga mengajarkan kita untuk berbagi, baik materil maupun pengetahuan, kenapa materil? Karena di dalam kondisi tertentu membutuhkan solidaritas tetangga kos ataupun kerabat.
Kos sebagai tempat penggemblengan pemuda/i, ketika ada mahasiswa/i baru, kos lah menjadi tempat yang tepat untuk penggemblengan, kenapa? Karena kos menjadi wadah segala wadah untuk berproses, bukan hanya teori namun praktik juga menjadi keharusan.
-Sejarah kejayaan kos sebagai episentrum lahirnya ideologi (episentrum-gagah kan kata-katanya)
Bisa kita bayangkan Soekarno, Semaun dan eyang Karto Suwiryo, menjadi bapak ideologi kita sebelum kemerdekaan di kumandangkan. Bisa kita bayangkan soekarno yang menggagas Nasionalis Agama Komunis (NASAKOM) itu berdasarkan pengalamanya semasa ia ngekos. Kondisi objektif yang ada di lingkaran dia, semaun menjadi seorang komunis, Karto Suwiryo menjadi seorang yang islamis, dan Bung Karno sebagai seorang nasionalis. Terbukti dalam sejarah Indonesia kos menjadi tempat penggemblengan dan pembinaan pemuda. Menjadi seseorang intelektual organik, palingan ego mereka berdasarkan ideologinya, berdasarkan tidak sepakat atas pikiran, bukan ja'im-ja'im berdasarkan karena tidak saling tegur dan tidak saling membantu (individualis), saling suka dan tidak suka. Itu secuil tentang sejarah kos yang melahirkan pemuda yang berideologis.
-Karya anak kos sekarang baik itu perempuan maupun laki-laki
Karya anak kos di era kontemporer, kalau tidak ideologis, ya, anak. Sungguh cerdas bukan? Dulu para founding father, kos sebagai penggemblengan, sekarang melahirkan binatang yang penuh nafsu birahi, sudah niscaya goblok.
-Bapak kos/ibu kos
Dulu, memang Bung Karno, Semaun dan Karto Suwiryo didukung oleh bapak kosnya, yakni Cokroaminoto. Menjadikan mereka termotivasi dalam belajar dan berideologi. Tau sendiri, Cokro memang sebagai seorang agitator dan pidatonya ber-api-api (rumornya gitu). Mungkin turunan semangatnya itu yang terjamah sampai di anak-anak kosnya. Bapak kos ataupun ibu kos sekarang, memang mendesain kosnya sebagai kandang sapi, tetapi bukan sembarang sapi, yakni sebagai sapi perah.
Pertama-tama kos di promosi di depan gerbangnya dan menyantumkan sama fasilitasnya yang tentu supaya para sapi itu nyaman, belum sampai di situ saja, ditambah lagi dengan harga yang fantastis, kompor, free wifi, Seprimbet dan kulkas, ac, kipas, itu menjadi fasilitas yang fantastis bukan?, Ya tentu, standar kenyamanan para sapi.
Kenapa saya samakan dengan binatang? Ya karena aktifitasnya bolak-balik kampus, makan, minum terus tidur, besoknya kembali lagi pada aktifitasnya yang sama. Ketika nafsu birahi seks memancing, doi menjadi sasaran, bertamu dalam sekejap, datang ke kos untuk melayani nafsu birahi seks, binatang bukan? Ya tentu bukan, itu kan kebebasan, kadang-kadang lahirlah sebuah karya agung anak kos, yakni anak, ya, sekali lagi, itukan kebebasan, ya sesekali gugurkan juga boleh, kenapa di gugurkan? Anak itu juga punya kebebasan untuk hidup lah, ya, itukan kebebasan.
Kadang juga wifi, menjadikan orang bodoh dan goblok, apalagi anak kos, kebanyakan scroll joget homo sapiens di IG maupun di tiktok, kadang kalau di tanya, kenapa tidak baca? Cepat ngantuk, tapi scroll itu dan ini dari pagi tembus ke pagi.
Apalagi ada anak ibu kos atau ponakannya, ataupun invisible handnya ibu kos/bapak kos. Kadang ia biasanya sok ngatur dari air tinja, sampai lumuran piring kotor, dan gumpalan debu di lantai. Pokoknya sistem penundukan yang di terapkan. Watak inilah menjadi bibit para otoritarianisme, ya sejak dini sudah berwatak demikian, apa lagi suruh urus negara, sudah tentu aturan irasional (standar binatang ternak).
-Kadang aturan tidak berdasarkan otak
Kalian harus paham kondisi mereka, lebih-lebih mahasiswa/i. Seharusnya kalian jangan membuat aturan yang tidak secara demokratis (seenaknya dewe). Aturannya juga kadang-kadang tidak berdasarkan kondisi objektif, standar manusia. Namun yang dipakai adalah standar binantang, contoh: larang teman main, ditentukan jam bertamu, larang menginap, pokoknya serba larang. Kadang ada juga yang melarang mandi, larang bersuara, larang diskusi (ya sama kaya orde baru). Semisal kos penuh dengan larangan, kadang ada larangan untuk bersuara, patokannya jam. Ya semisal bawa temannya, harus juga dibayar tambahan, mereka tidak mau tau itu do'i, atau kerabat, keluarga (kadang-kadang).
-Seharusnya menjadi bapak kos dan ibu kos
Untuk bapak kos dan ibu kos, contohilah Cokro Aminoto (JASMERAH), sebagai bapak kos yang bijak dan sebagai maha guru yang agung, sebagai motivator ulung.
Jangan hanya menagih uang pas tanggal muda, tahunan, bulanan, mingguan dan harian. Kalian juga harus membuka ruang diskusi seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya bagi anak kos, bila mana ada yang mengadu ke bapak kos atau ibu kos tentang diskusinya suaranya tinggi dan berisik, saya sarankan yang mengadu itu harus di usir secara tidak terhormat, karena apa? Karena itu otak di zaman kolonial, kenapa Indonesia tidak diproklamirkan di awal abad ke 20? Ya karena masih ada otak yang demikian (akhirnya informasi bocor ke telinga para penjajah), begitupun dengan diskusi di kos, ada rapat, ada diskusi ya harus di bubarkan (maunya mereka). Dan disitulah mereka merasa dirinya sebagai pahlawan, bisa membungkam ruang anak kos dalam berdiskusi, akhirnya yang tinggal di kos, ditegur di kemudian hari, dengan ancaman mengeluarkannya secara tidak terhormat, alasannya, paling mengganggu tetangga.
Bapak kos dan ibu kos juga harus paham, yang ngekos itu bukan anak pejabat semua, yang tiap bulannya tepat waktu jatuh tempo wajib bayar, semacam kewajiban yang harus, sekali lagi, harus, kalau tidak, bisa-bisa angkat kaki di tengah fajar, kadang ada yang tidak bisa molor satu hari, karena yang ngekos itu, ada anak petani, buruh, rakyat miskin kota, anak tkw. Ya, semua ada-lah.
-Kos kondusif dan bebas berdiskusi
Syaratnya harus terlebih dahulu menumpaskan mata-mata bapak dan ibu kos, buat aja laporan tiap hari tentang dia, atau sadarkan dia, apalagi sesama mahasiswa/i, manusia semacam itu harus diberi pelajaran. Semisal mogok mencuci, mogok siram kloset, supaya dia capek, robek aturan yang tidak rasional di dinding. Ya, pokonya kreatif saja, buat dia emosi, dan syaratnya yang selanjutnya, kalian harus kompak dalam penumpasan mata-mata itu.
Anak kos yang sadar bersatulah, untuk penumpasan para intel bapak kos dan ibu kos.
-Seharusnya kos
Seharusnya kos sebagai wadah perkaderan, sebagai wadah diskusi, sebagai wadah belajar, sebagai wadah curhatan, sebagai wadah saling mengenal, sebagai laboratorium ideologi. Seharusnya fasilitasnya juga, harus di tambah, yakni buku dengan rak-raknya di pajang di dinding kamar tamu ataupun tiap kamar, ya, supaya mereka baca dikala suasana gabut dan sakit hati. Lebih-lebih sebagai tempat konsolidasi, dalam merakit strategi dan dan taktik revohonda, kalau semisal tidak mau revolusi.
Seharusnya Berbangga kalian yang ngekos
Jangan kecil hati kalian yang ngekos, kos punya sejarah heroisme, sejarah yang melahirkan orang-orang besar, bukan besarkan badan. Ya, tapi besar pikirannya, bukan juga besar kepala, tapi cita-cita yang besar untuk perubahan, revolusi 45 belum selesai, maka pemuda dan pemudi lah yang harus melanjutkan itu, bukan mereka yang hidup mentereng itu.
Bangga lah kalian yang ngekos.
-Kos Batari Jl Dewi Sartika Barat
Kos batari namanya, menjadi tempat baca dan diskusi, dulu memang gitu, karena kalau ke kos batari kamar No 8, kamu di hadapkan dengan buku, kamar kecil, namun disitu adalah jendela dunia, bagi saya.
Intel goblok juga pernah masuk ke kos batari, untuk mencari orang, rumornya begitu.
Kos Batari ada mata-mata ibu kos, yang selalu menghantui di setiap sudut kos. Apa-apa lapor, jalan naik lantai dua saja itu di lapor ke ibu kos, dengan alasan tidak bisa pelan-pelan, kerumunan, berisik. Ya segala macam. Mata-mata ibu kos itu setau saya adalah mahasiswi, manusia yang tidak sadar, diskusi dia jadikan dalil untuk lapor ke ibu kos "berisik" sampai tengah malam. Pokoknya banyak lah yang ia lapor, supaya ibu kos tegur, dan ia bisa tidur seperti binatang. Dia itu cantik (menurut saya) tapi sayang, terlalu goblok, saya dengar kabar dia masih tinggal di situ (mata-mata ibu kos itu). Manusia yang tidak paham bersosial, manusia yang tidak punya mental untuk tegur langsung, makanya goblok, dia mahasiswi namun ya gitu, otaknya agak eror (bagi saya).
-Jalan Dewi Sartika
Itu nama pejuang perempuan (saya baca di artikel begitu), harus berbangga ngekos di Jalan Dewi Sartika No 78, samping Masjid Nurul Ilmi, disitu tempat penggemblengan para pemuda dan pemudi, itu dulu, sekarang itu stagnan.
Tapi jangan ragukan militansinya terhadap gerakan.
-Simpul
Jangan menjadikan kos sebagai penampung binatang ternak.
Ditulis oleh Billy Al Sabil